9.8.15

Rotasi Hati

Dan kekosongan itu datang lagi entah darimana. Membawa sejuta perih dan luka yang masih menganga. Air mataku rasanya sudah harus diisi ulang yang saking sedihnya, ia tak bisa lagi menetes.

Tekanan intrakranialku meningkat. Entahlah, seolah-olah ada 1 ton karung berisi kapas menindih kepalaku. Perlahan-lahan, tapi menusuk dan kontinyu. Tubuhku lemas. Bahkan untuk tidur saja masih terasa berat bagiku.

Aku tahu, pada akhirnya cinta itu akan selalu membawa luka. Mau sekecil apapun lukanya, toh, tetap saja namanya luka. Dan jangan harap luka itu akan sembuh seketika. Jika diibaratkan proses penyembuhan luka, mungkin sel darah putih di tubuhku tak lagi bekerja sebagaimana mestinya, sementara pembuluh darah kapilerku masih terus mengeluarkan darah.

Dan betapa bodohnya aku masih percaya bahwa suatu hari cinta itu akan berakhir indah. Ah, mitos. Walaupun ada, berapa ribu lagi tetesan air mata yang aku buang sia-sia tanpa ada penyeka?

Tuhan, hari ini hari apa, sih? Kenapa rasanya beban pikiranku tak pernah ada putusnya. Tolong aku, Tuhan, yang mulai meragukan cinta yang akan berakhir indah. Aku yang mulai merasa tahun-tahun bersamanya hanyalah tahun-tahun yang terbuang sia-sia. Berlalu begitu saja tanpa ada tujuan jelas akan berhenti dimana.

Aku tak sering berbicara soal cinta. Bibirku tak pandai bermain dengan kata 'cinta'. Itu kenapa aku lebih memilih untuk menuliskannya disini. Selain lidahku yang terlalu kelu untuk berbicara soal cinta, tentunya.

Adalah hal paling rumit setelah mencari penyebab hipertensi essensial.
Cinta.