7.9.15

Di Sudut Malam

Masih tetap memikirkanmu, seperti biasa. Mata itu, senyum itu. Entah kenapa. Walau aku sudah menolaknya mentah-mentah, perasaan itu masih tetap ada. Dan akan terus ada. Gejolak yang tak dapat kupungkiri.

Aku belum bisa memastikan apa yang aku rasakan sekarang. Pikiran liarku, semua kepalsuanku, tak bisa mendefinisikanmu. Dirimu. Semua tentangmu.

Kemejamu, buku-bukumu, cara bicaramu. Dingin, datar. Tapi selalu masuk di akalku yang kadang tak rasional. Jangan salahkan aku jika aku sudah terbius oleh dosis morfinmu yang tinggi itu.

Kesendirianmu, dan kecenderunganmu akan kesendirian. Kau dan duniamu. Dua hal yang membuatku luluh lantah. Habis membantaiku. Pesonamu. Deru nafasmu. Tangan-tanganmu.

Dan pandangan mata itu. Masih tetap misterius. Tak bisa ditebak. Seolah menyimpan ribuan rahasia. Pandangan mata yang mengejutkan untuk seseorang sepertimu. Sang penguasa keramaian. Pemecah hening dengan tawa lantang.

Namun kurasa, pesona gelapmu masih akan menjadi canduku. Biarlah aku hanya diam disini, memandangmu dari jauh. Menyimpannya sendiri. Semuanya. Menyimpan kekaguman akan sosokmu, yang bahkan orang lain tak pernah tahu.

Kisahmu, semua tentangmu. Entah kenapa, awalnya selalu sama. Aku takut, nantinya juga akan berakhir sama; kelam.