Masih tetap memikirkanmu, seperti biasa. Mata itu, senyum itu. Entah kenapa. Walau aku sudah menolaknya mentah-mentah, perasaan itu masih tetap ada. Dan akan terus ada. Gejolak yang tak dapat kupungkiri.
Aku belum bisa memastikan apa yang aku rasakan sekarang. Pikiran liarku, semua kepalsuanku, tak bisa mendefinisikanmu. Dirimu. Semua tentangmu.
Kemejamu, buku-bukumu, cara bicaramu. Dingin, datar. Tapi selalu masuk di akalku yang kadang tak rasional. Jangan salahkan aku jika aku sudah terbius oleh dosis morfinmu yang tinggi itu.
Kesendirianmu, dan kecenderunganmu akan kesendirian. Kau dan duniamu. Dua hal yang membuatku luluh lantah. Habis membantaiku. Pesonamu. Deru nafasmu. Tangan-tanganmu.
Dan pandangan mata itu. Masih tetap misterius. Tak bisa ditebak. Seolah menyimpan ribuan rahasia. Pandangan mata yang mengejutkan untuk seseorang sepertimu. Sang penguasa keramaian. Pemecah hening dengan tawa lantang.
Namun kurasa, pesona gelapmu masih akan menjadi canduku. Biarlah aku hanya diam disini, memandangmu dari jauh. Menyimpannya sendiri. Semuanya. Menyimpan kekaguman akan sosokmu, yang bahkan orang lain tak pernah tahu.
Kisahmu, semua tentangmu. Entah kenapa, awalnya selalu sama. Aku takut, nantinya juga akan berakhir sama; kelam.
7.9.15
9.8.15
Rotasi Hati
Dan kekosongan itu datang lagi entah darimana. Membawa sejuta perih dan luka yang masih menganga. Air mataku rasanya sudah harus diisi ulang yang saking sedihnya, ia tak bisa lagi menetes.
Tekanan intrakranialku meningkat. Entahlah, seolah-olah ada 1 ton karung berisi kapas menindih kepalaku. Perlahan-lahan, tapi menusuk dan kontinyu. Tubuhku lemas. Bahkan untuk tidur saja masih terasa berat bagiku.
Aku tahu, pada akhirnya cinta itu akan selalu membawa luka. Mau sekecil apapun lukanya, toh, tetap saja namanya luka. Dan jangan harap luka itu akan sembuh seketika. Jika diibaratkan proses penyembuhan luka, mungkin sel darah putih di tubuhku tak lagi bekerja sebagaimana mestinya, sementara pembuluh darah kapilerku masih terus mengeluarkan darah.
Dan betapa bodohnya aku masih percaya bahwa suatu hari cinta itu akan berakhir indah. Ah, mitos. Walaupun ada, berapa ribu lagi tetesan air mata yang aku buang sia-sia tanpa ada penyeka?
Tuhan, hari ini hari apa, sih? Kenapa rasanya beban pikiranku tak pernah ada putusnya. Tolong aku, Tuhan, yang mulai meragukan cinta yang akan berakhir indah. Aku yang mulai merasa tahun-tahun bersamanya hanyalah tahun-tahun yang terbuang sia-sia. Berlalu begitu saja tanpa ada tujuan jelas akan berhenti dimana.
Aku tak sering berbicara soal cinta. Bibirku tak pandai bermain dengan kata 'cinta'. Itu kenapa aku lebih memilih untuk menuliskannya disini. Selain lidahku yang terlalu kelu untuk berbicara soal cinta, tentunya.
Adalah hal paling rumit setelah mencari penyebab hipertensi essensial.
Cinta.
Tekanan intrakranialku meningkat. Entahlah, seolah-olah ada 1 ton karung berisi kapas menindih kepalaku. Perlahan-lahan, tapi menusuk dan kontinyu. Tubuhku lemas. Bahkan untuk tidur saja masih terasa berat bagiku.
Aku tahu, pada akhirnya cinta itu akan selalu membawa luka. Mau sekecil apapun lukanya, toh, tetap saja namanya luka. Dan jangan harap luka itu akan sembuh seketika. Jika diibaratkan proses penyembuhan luka, mungkin sel darah putih di tubuhku tak lagi bekerja sebagaimana mestinya, sementara pembuluh darah kapilerku masih terus mengeluarkan darah.
Dan betapa bodohnya aku masih percaya bahwa suatu hari cinta itu akan berakhir indah. Ah, mitos. Walaupun ada, berapa ribu lagi tetesan air mata yang aku buang sia-sia tanpa ada penyeka?
Tuhan, hari ini hari apa, sih? Kenapa rasanya beban pikiranku tak pernah ada putusnya. Tolong aku, Tuhan, yang mulai meragukan cinta yang akan berakhir indah. Aku yang mulai merasa tahun-tahun bersamanya hanyalah tahun-tahun yang terbuang sia-sia. Berlalu begitu saja tanpa ada tujuan jelas akan berhenti dimana.
Aku tak sering berbicara soal cinta. Bibirku tak pandai bermain dengan kata 'cinta'. Itu kenapa aku lebih memilih untuk menuliskannya disini. Selain lidahku yang terlalu kelu untuk berbicara soal cinta, tentunya.
Adalah hal paling rumit setelah mencari penyebab hipertensi essensial.
Cinta.
24.7.15
Akai Ito (Benang Merah)
Bisa saja sekarang kau sadar kalau kau sedang mengejar mati-matian seseorang yg bahkan tak sedikit pun menyadari keberadaanmu. Kau bahkan mau mengacaukan jadwal belajarmu demi berbincang dengannya lewat pesan singkat, membiarkan seluruh hafalan anatomimu berubah menjadi arteri cinta dan nervus rindu, padahal kau tahu kalau ia tak akan pernah membalas gejolak asmaramu. Sementara kau sibuk menari-nari di atas lukamu sendiri, di luar sana ada yg diam-diam memperhatikanmu, mengagumi tiap sudut dirimu yg diciptakan Tuhan tanpa sudut, membiarkan matanya tetap terbuka sebelum tidur untuk sekedar membayangkan selintas senyummu yg tak sengaja ia lihat di kantin kampus tadi siang. Ada, ada yg sedang membayangkan kau memperlakukan dia sama persis seperti engkau memperlakukan seseorang yg bahkan tak paham arti cinta yg tersirat dari binar matamu. Ada, ada yg sedang berharap agar bisa berbincang denganmu, lebih lama dari ribuan detik yg engkau habiskan bersama seseorang yg bahkan tak menyadari kebahagiaanmu saat bersamanya. Ada, ada yg sedang meninginkan kau menatap matanya, sama seperti saat engkau menatap mata seseorang yg bahkan tak sedikitpun menatap matamu.
Ada.
Akan ada.
Dan,
Pasti ada.
(Ditulis bersama lagu Akai Ito by Yui Aragaki)
Ada.
Akan ada.
Dan,
Pasti ada.
(Ditulis bersama lagu Akai Ito by Yui Aragaki)
12.3.15
Flashback: mbadokers&friends.
“Persahabatan kita ngga cuma sampai disini, ya! Sampai kita udah jadi orang-orang sukses, kita harus tetep bareng-bareng! Pokoknya sampai nanti kita udah jadi kakek-nenek!”
Mataku tertuju pada sebuah tulisan di bagian bawah bingkai foto kami; aku dan 8 sahabatku. Tulisan itu begitu sederhana, hanya ditulis pada sebuah catatan tempel yang sudah usang. Namun sudah 4 tahun berlalu sejak foto itu ada di kamarku, entah kenapa selalu membawa senyum di bibirku. Aku masih ingat betul hari pertama aku meletakkannya di kamarku sambil berdoa dalam hati agar persahabatan kami bisa abadi. Kemudian aku akan memandanginya setiap malam, saat aku kelelahan, bahkan saat aku bersedih.
Sudah tak terhitung lagi berapa banyak kenangan bersama orang-orang spesial seperti mereka. Gelak tawa dan derai air mata. Mulai yang mengharukan, menyedihkan, menyenangkan, menegangkan bahkan memalukan. Terkadang aku masih sering tertawa saat aku teringat akan hal-hal konyol yang kami lakukan semasa SMA dulu. Ah, anak SMA. Semua hal yang tak mereka ketahui, pasti akan dicoba. Soal bagaimana hasilnya, tak peduli.
Sejujurnya aku merindukan masa lalu. Masa dimana tak ada drama tentang kebahagiaan yang kau susun skenarionya agar orang lain tahu kalau kau baik-baik saja. Semua terasa begitu spontan. Berjalan ke kantin seperti seorang penguasa, tertawa terbahak-bahak saat lewat di depan ruang guru, mencuri kesempatan untuk mencontek saat ujian. Dan itu semua kami lakukan tanpa ada rasa ragu, tanpa ada rasa bersalah.
Aku masih ingat betul. Hampir setiap jam istirahat sekolah, kami langsung berhamburan keluar dari kelas masing-masing dan berkumpul di tempat yang biasa kami gunakan sebagai titik pertemuan; tangga utama sekolah. Kami bercerita tentang guru killer yang memberikan soal OSN fisika sebagai bahan ulangan, tentang seorang teman yang tak bisa menjawab soal dan harus berdiri di depan kelas hingga jam istirahat, hingga tentang pendingin ruangan di kelas yang mendadak mati di tengah pelajaran. Selalu ada canda tawa di sela hari-hari kami. Cerita tentang sebuah restoran baru di pusat perbelanjaan yang ternyata mahal dan rasanya tak enak, tentang si kakak kelas tampan yang punya pasangan baru, tentang seorang teman yang tak sengaja menjatuhkan telepon genggam baru miliknya.
Ah, terlalu banyak cerita dan kenangan yang tak bisa aku tulisan. Namun sayang, itu semua hanyalah tinggal cerita. Sekarang? Entahlah. Aku tak terlalu berharap mereka masih ingat dengan itu semua.
Sekarang kami semua sudah duduk di semester 4 perguruan tinggi dan terpisah oleh jarak dan waktu. Aku tahu mereka sibuk merangkai masa depan. Jadi, aku masih menganggap wajar jika kami semua mulai jarang berkomunikasi. Aku tahu betul sahabat-sahabatku. Mereka bukan orang yang main-main dengan masa depannya. Mereka begitu berkomitmen pada diri sendiri bahwa ia akan menjadi seseorang yang bisa dibanggakan suatu hari nanti.
Walaupun kami tak lagi seperti dulu, tapi aku berharap akan ada satu titik dimana kami akan berkumpul bersama-sama lagi. Menceritakan kesibukan masing-masing dalam nada sarkasme khas Surabaya. Menertawakan setiap masalah hidup yang kami hadapi. Mengutarakan harapan-harapan untuk hidup yang lebih baik.
Selamat menjalin masa depan, sahabatku. Semoga aku selalu ada dalam benak kalian. Dan semoga saja, kata-kata diatas kertas usang itu akan menjadi kenyataan suatu hari nanti. Aku masih percaya, dan akan terus percaya, bahwa persahabatan kita adalah yang pertama dan terakhir.
Sampai jumpa di puncak kesuksesan. Doaku selalu menyertai kalian semua. :)
Subscribe to:
Posts (Atom)